Embun, aku iba, aku sesal, aku ingin ...
Embun, hati ini keruh, nafas ini sesak, jiwa ini sunyi ...
Embun, kenapa harus ada sesal di setiap jalan? Kenapa harus ada warna dalam setiap cita?
Embun, aku ingin menyapa hari-harinya dengan senyuman, aku ingin menegurnya layaknya engkau datang di pagi hari ...
Embun, aku ingin menjadi daun yang selalu engkau sapa ...
Tuk menikmati segenap rasa tulus tanpa pewarna ...
"PERJALANAN MERAIH MIMPI"
Meraih mimpi itu (?). Terkadang impian dapat menjadikan hidup ini berguna. Hidup ini layak untuk kita sebut anugerah. Di sini saya coba bungkus cerita lewat indahnya kata-kata. Belajar mencari makna dan indahnya sebuah sandiwara. It's me, Rifaldi Adi Saputra :) "LEARN FROM MISTAKES"
Kamis, 21 November 2013
Embun
Senin, 29 Oktober 2012
Indah dalam Khayalan
Lelah aku mengejar sosokmu di depan sana ...
Kau seakan berlari meninggalkan separuh mimpi ...
Mimpi dimana aku mulai menjadi penerangmu di kala gelap datang ...
Menjadi tempat naungan setiap keluhan yang tak kunjung usang ...
Aku teringat begitu besar harapku padamu di waktu itu ...
Aku mengerti tapi tak bisa memahami ...
Aku benar tapi nyatanya aku salah ...
Aku kian larut dalam kesalahan alur cerita ini ...
Berpikir apa yang tak pernah terpikir ...
Menyirat sesuatu yang tak pernah tersirat ...
Seakan nikmat terasa begitu dekat ...
Membuat aku ingin menangkap semua gemerlap ...
Gemerlap secercah cahaya dari parasmu ...
Tapi aku tersadar, gapaiku hanya sebatas hiasan dalam keindahan ...
Kau seakan berlari meninggalkan separuh mimpi ...
Mimpi dimana aku mulai menjadi penerangmu di kala gelap datang ...
Menjadi tempat naungan setiap keluhan yang tak kunjung usang ...
Aku teringat begitu besar harapku padamu di waktu itu ...
Aku mengerti tapi tak bisa memahami ...
Aku benar tapi nyatanya aku salah ...
Aku kian larut dalam kesalahan alur cerita ini ...
Berpikir apa yang tak pernah terpikir ...
Menyirat sesuatu yang tak pernah tersirat ...
Seakan nikmat terasa begitu dekat ...
Membuat aku ingin menangkap semua gemerlap ...
Gemerlap secercah cahaya dari parasmu ...
Tapi aku tersadar, gapaiku hanya sebatas hiasan dalam keindahan ...
Selasa, 02 Oktober 2012
Malam
Malam,
Seakan menjadi penghubung teka-teki rasa ini ...
Rasa yang membuatku diam dan menggumam hingga kusam menyapa ...
Bimbang, ragu atau pun percaya kini hadir dalam benakku ...
Entah, kenapa suratan takdirku seperti ini ...
Aku terus mencari sebuah jawaban dari setiap rasa ini ...
Tapi, rasanya jawab enggan bersahabat dengan diri ini ...
Semua berliku tak tentu arah mana yang di tuju ...
Aku takut jatuh ke dalam jurang kebingungan ...
Aku resah akan setiap kisah yang tak berujung ini ...
Gemuruh sesak ini seakan-akan mulai menutup masuknya udara ...
Rasanya tak ada lagi angan dan harapan akan datangnya kejernihan ...
Kini aku hanya bisa terdiam melihat mimpi-mimpiku yang kian dekat dengan hujatan ...
Seakan menjadi penghubung teka-teki rasa ini ...
Rasa yang membuatku diam dan menggumam hingga kusam menyapa ...
Bimbang, ragu atau pun percaya kini hadir dalam benakku ...
Entah, kenapa suratan takdirku seperti ini ...
Aku terus mencari sebuah jawaban dari setiap rasa ini ...
Tapi, rasanya jawab enggan bersahabat dengan diri ini ...
Semua berliku tak tentu arah mana yang di tuju ...
Aku takut jatuh ke dalam jurang kebingungan ...
Aku resah akan setiap kisah yang tak berujung ini ...
Gemuruh sesak ini seakan-akan mulai menutup masuknya udara ...
Rasanya tak ada lagi angan dan harapan akan datangnya kejernihan ...
Kini aku hanya bisa terdiam melihat mimpi-mimpiku yang kian dekat dengan hujatan ...
Senja
Menutup senja ini dengan sebuah khayalan ...
Khayalan akan rindunya makna sebuah kasih dan sayang ...
Sepotong kenangan kini enggan pergi dari pikiran ...
Aku takut pedih kini mulai menghujam ...
Aku takut resah menghantui setiap detik hari-hariku ...
Aku rindu akan setiap nada-nada indahmu ...
Aku ingin duduk manis melihat tawa yang begitu tulus ...
Senja, aku tak kuasa menahan derasnya cerita ini ...
Aku tak mampu melangkah begitu cepat ...
Aku tak berdaya menerima kenyataan yang ada ...
Senja, kini aku berharap tutuplah kisah ini dengan selimut hangatmu manjakannya ...
Khayalan akan rindunya makna sebuah kasih dan sayang ...
Sepotong kenangan kini enggan pergi dari pikiran ...
Aku takut pedih kini mulai menghujam ...
Aku takut resah menghantui setiap detik hari-hariku ...
Aku rindu akan setiap nada-nada indahmu ...
Aku ingin duduk manis melihat tawa yang begitu tulus ...
Senja, aku tak kuasa menahan derasnya cerita ini ...
Aku tak mampu melangkah begitu cepat ...
Aku tak berdaya menerima kenyataan yang ada ...
Senja, kini aku berharap tutuplah kisah ini dengan selimut hangatmu manjakannya ...
Pecundang
Ingin sekali aku sapa kembali setiap tulisan kilau itu ...
Ingin sekali aku tegur ketika benalu itu datang ...
Dan ingin sekali aku tebar sinarnya mentari pagi ...
Aku senang di kala terang itu datang ...
Aku girang seakan manis telah memberiku peluang ...
Peluang yang menjadikan pedih larut dalam tangisan ...
Tangisan yang menyambut datangnya sebuah kebahagian ...
Mungkin, periang adalah sosok akan diriku di saat itu ...
Mungkin, pandai adalah gambaran akan tingkahku ...
Mungkin, ulet adalah gambaran akan ambisiku ...
Tapi, pecundanglah yang nyatanya rekat dalam jiwaku ...
Ingin sekali aku tegur ketika benalu itu datang ...
Dan ingin sekali aku tebar sinarnya mentari pagi ...
Aku senang di kala terang itu datang ...
Aku girang seakan manis telah memberiku peluang ...
Peluang yang menjadikan pedih larut dalam tangisan ...
Tangisan yang menyambut datangnya sebuah kebahagian ...
Mungkin, periang adalah sosok akan diriku di saat itu ...
Mungkin, pandai adalah gambaran akan tingkahku ...
Mungkin, ulet adalah gambaran akan ambisiku ...
Tapi, pecundanglah yang nyatanya rekat dalam jiwaku ...
Sesal
Sunyi kini menghiasi hari-hariku ...
Jauh sudah kini jarak antara diri ini dengan dirimu ...
Tenggelam ragaku ke dasar dusta ini ...
Iba aku melihat diriku sendiri ...
Pilu akan semua realita yang terjadi ...
Menahan pedih yang tiap saat datang menghantui ...
Serasa hambar setiap rasa yang tercicipi ...
Dan seakan merugi telah melepas sang merpati ...
Jauh sudah kini jarak antara diri ini dengan dirimu ...
Tenggelam ragaku ke dasar dusta ini ...
Iba aku melihat diriku sendiri ...
Pilu akan semua realita yang terjadi ...
Menahan pedih yang tiap saat datang menghantui ...
Serasa hambar setiap rasa yang tercicipi ...
Dan seakan merugi telah melepas sang merpati ...
Minggu, 02 September 2012
Keji
Kini tak kuasa aku melihat rona wajahmu ...
Malu aku akan setiap langkah kecilku saat ini ...
Jalanku tak kunjung henti menyakiti hati ...
Ragaku mati akan yang namanya deskripsi ...
Entah apa yang ada di benakku saat ini ...
Aku sadar telah mengotori putihmu kini ...
Hitamku banyak mengalir tiada henti ...
Kelabuku menghiasi seisi relung hati ini ...
Mendayu aku dalam derasnya luka ini ...
Meninggalkan noda yang kini kian bersemi ...
Seakan-akan pudar tak mampu nampak dalam goresan keji ini ...
Malu aku akan setiap langkah kecilku saat ini ...
Jalanku tak kunjung henti menyakiti hati ...
Ragaku mati akan yang namanya deskripsi ...
Entah apa yang ada di benakku saat ini ...
Aku sadar telah mengotori putihmu kini ...
Hitamku banyak mengalir tiada henti ...
Kelabuku menghiasi seisi relung hati ini ...
Mendayu aku dalam derasnya luka ini ...
Meninggalkan noda yang kini kian bersemi ...
Seakan-akan pudar tak mampu nampak dalam goresan keji ini ...
Langganan:
Postingan (Atom)